Update Diri dengan Teknologi AI: Pekerja Harus Tingkatkan Keterampilan di Tengah Perubahan Lansekap Pasar Kerja

Para pencari kerja kini tidak hanya bersaing dengan sesama manusia, tetapi juga dengan kemajuan teknologi yang semakin mampu menggantikan pekerjaan manusia. Dalam Future of Jobs Report yang diterbitkan oleh World Economic Forum, kecerdasan buatan, otomatisasi, dan transisi menuju ekonomi ramah lingkungan disebutkan telah mengubah dengan cepat lanskap pasar kerja.

Pada 2027, diperkirakan 23 persen pekerjaan akan mengalami perubahan, sementara 69 juta pekerjaan baru akan tercipta. Bahkan, LinkedIn Indonesia memperkirakan bahwa 41 persen keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja akan berubah antara 2015 hingga 2025. Oleh karena itu, sumber daya manusia (SDM) Indonesia harus mempersiapkan diri dengan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang terus berkembang.

Hasil survei LinkedIn 2023 mengungkapkan bahwa keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan akan berubah hingga 65 persen dalam lima tahun ke depan, akibat disrupsi yang ditimbulkan oleh AI. Ini berarti keterampilan yang dimiliki saat ini mungkin akan menjadi kurang relevan dalam beberapa tahun mendatang. Kesenjangan keterampilan antara angkatan kerja Indonesia dan tuntutan pasar kerja pun akan semakin melebar jika tidak segera diatasi.

Melihat kondisi ini, penting untuk memiliki program peningkatan keterampilan setelah pendidikan formal, agar tercipta transisi yang mulus dari dunia pendidikan ke dunia kerja.

Sejak 2020, Program Prakerja telah menjadi salah satu inisiatif pemerintah yang fokus pada peningkatan keterampilan, baik melalui reskilling maupun upskilling, dengan menawarkan beasiswa pelatihan. Program ini dirancang untuk memberikan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar, sehingga peserta tetap kompetitif dan produktif.

Dengan pendekatan inklusif, ekosistem yang kuat, serta sistem berbasis digital yang memastikan aksesibilitas yang luas, Prakerja telah menjadi alat vital dalam mempersiapkan angkatan kerja Indonesia menghadapi tantangan di era digital.

Denni Puspa Purbasari, Direktur Eksekutif Prakerja, menyatakan bahwa selama lima tahun pelaksanaannya, Prakerja telah konsisten memanfaatkan peluang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Hasil survei evaluasi yang dilakukan Prakerja pada 2024 menunjukkan bahwa 92 persen peserta menilai Program Kartu Prakerja efektif dalam meningkatkan keterampilan mereka.

Temuan ini semakin kuat dengan adanya studi dari DEFINIT-Asian Development Bank pada tahun 2023, yang menyebutkan bahwa Prakerja berdampak signifikan terhadap peningkatan keterampilan, kompetensi, dan produktivitas hingga 83 persen. Bahkan, Prakerja juga berkontribusi pada peningkatan pendapatan peserta, yang rata-rata lebih tinggi 15,6-17,6 persen dibandingkan mereka yang tidak mengikuti program ini, dengan tambahan penghasilan sebesar Rp234.000 – Rp264.000 per bulan (Studi SVARA Institute, 2023).

Untuk terus mengembangkan kualitas SDM Indonesia, pendekatan yang seragam tidaklah cukup. Oleh karena itu, sejak 2020, Prakerja telah fokus pada penyediaan pelatihan keterampilan melalui dua jalur utama: Initial Vocational Education and Training (IVET) untuk pendidikan vokasi awal, serta upskilling dan reskilling melalui Continuous Vocational Education and Training (CVET). Dengan menawarkan jalur pembelajaran yang fleksibel, Prakerja menyesuaikan program dengan kebutuhan setiap pembelajar, sebuah strategi yang sangat relevan dan perlu terus diimplementasikan di Indonesia.

Menurut Denni, Prakerja sebagai bagian dari IVET berperan penting dalam menyediakan akses bagi individu yang baru lulus dari sekolah atau perguruan tinggi, maupun mereka yang belum memiliki pengalaman kerja. Pelatihan yang ditawarkan mencakup keterampilan dasar yang sangat dibutuhkan, mulai dari soft skills hingga keterampilan teknis, untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan dunia kerja.

Prakerja sebagai bagian dari Continuous Vocational Education and Training (CVET) menawarkan pelatihan berkelanjutan yang dirancang khusus untuk pekerja yang sudah berada di pasar kerja. Tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbarui keterampilan mereka. Dengan demikian, selain untuk pencari kerja, program ini juga terbuka bagi pekerja, wirausaha, atau masyarakat yang ingin meningkatkan kompetensi guna memenuhi tuntutan pasar kerja yang dinamis, serta mereka yang ingin berganti karier atau memperluas keahlian di bidang baru. Semua pihak ini bisa mengakses pelatihan berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dalam hal teknologi, kecerdasan buatan (AI) secara aktif diadaptasi oleh Prakerja dalam sistem operasionalnya dan memiliki potensi untuk terus berkembang. “AI ke depannya akan semakin memaksimalkan sistem pembelajaran adaptif serta memberikan rekomendasi dan perencanaan karir secara menyeluruh,” ujar Denni.

Selain itu, teknologi machine learning juga diterapkan untuk menghubungkan para pencari kerja dengan peluang yang tepat melalui portal kerja dalam ekosistem Prakerja. Dengan mempertimbangkan lokasi, minat, keterampilan, dan pengalaman, sistem ini memberikan rekomendasi yang relevan bagi pekerja dan pemberi kerja. Hasilnya adalah terciptanya ekosistem pasar kerja yang lebih efisien, di mana kebutuhan tenaga ahli untuk mendukung berbagai program prioritas Indonesia dapat terpenuhi, sekaligus memberdayakan angkatan kerja Indonesia secara berkelanjutan.

Prakerja juga merupakan program Government-to-Person (G2P) 3.0 pertama di Indonesia yang sepenuhnya digital, menghadirkan transparansi dan kemudahan akses pelatihan kepada 18,9 juta masyarakat Indonesia. Sebagai bentuk komitmen terhadap transparansi, Prakerja juga menyediakan data statistik yang dapat diakses secara terbuka melalui statistik.prakerja.go.id. Dalam perjalanan 100 tahun kemerdekaan Indonesia, kita tidak bisa menyia-nyiakan waktu.

“Memastikan keberlanjutan dan peningkatan dampak dari program-program yang telah berjalan, sekaligus mendorong inovasi untuk menghadapi tantangan baru, merupakan prioritas utama,” tutup Denni.