Udang Galah di Tanah Bumbu: Sumber Daya Unggulan untuk Ketahanan Pangan

Tanah Bumbu – Di tengah pesatnya perkembangan sektor perikanan di Kabupaten Tanah Bumbu, ada satu potensi besar yang selama ini belum banyak mendapat perhatian, namun menyimpan peluang ekonomi yang sangat menjanjikan: budidaya udang galah. Selain memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan udang vaname, udang galah juga tergolong langka di pasaran, menjadikannya sebuah harta karun tersembunyi yang masih jarang digarap oleh masyarakat.

Melalui Dinas Perikanan, Bupati Tanah Bumbu, Andi Rudi Latif—atau yang lebih akrab disapa Bang Arul—terus mendorong inovasi dan penguatan ketahanan pangan melalui sektor perikanan air tawar. Salah satu fokus utama saat ini adalah mendorong masyarakat untuk mengembangkan budidaya udang galah.

“Permintaan terhadap udang galah di Tanah Bumbu selalu lebih tinggi daripada pasokan yang ada. Bahkan, para pembudidaya sering kali kewalahan memenuhi kebutuhan pasar,” ujar Fajarunun, Kepala Balai Benih Udang Galah Pulau Salak, saat ditemui di lokasi budidaya binaan Dinas Perikanan Tanah Bumbu di Cekdam Sungai Dua Laut, Minggu (14/4/2024).

Fajar menjelaskan, proses pembenihan udang galah dilakukan secara intensif di Balai Benih milik Dinas Perikanan di Pulau Salak, Kecamatan Kusan Hilir. Di sana, indukan udang galah dipelihara untuk menghasilkan telur dan benur, yang kemudian dibesarkan di kolam-kolam pembudidaya. Benih-benih yang dihasilkan juga dipasarkan kepada masyarakat yang berminat terjun ke dunia budidaya.

“Hari ini, kami bersama Kabid Perikanan Tangkap, Pak Riswan, melakukan pengecekan terhadap pertumbuhan udang galah di kolam pembudidaya. Alhamdulillah, hasilnya sangat menggembirakan, ukuran udang galah sudah mencapai lebih dari 2 ons per ekor,” jelasnya.

Panen perdana diperkirakan akan berlangsung dalam waktu sebulan ke depan. Diharapkan, keberhasilan ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat lainnya untuk ikut mengembangkan budidaya udang galah, terutama mengingat nilai ekonomisnya yang tinggi dan peluang pasarnya yang masih sangat terbuka lebar.

Salah satu pembudidaya binaan, Cahyo Purwanto, mengungkapkan rasa syukurnya atas bimbingan yang diberikan oleh Dinas Perikanan Tanah Bumbu. Ia mengaku terkejut dengan cepatnya pertumbuhan udang galah di kolam miliknya.

“Alhamdulillah, kami diberikan pelatihan mulai dari tahap awal, mulai dari penebaran benih hingga perawatan. Sekarang ukuran udangnya sudah mencapai lebih dari 2 ons per ekor. Rencananya, kami akan melakukan panen perdana dalam satu bulan lagi,” ungkap Cahyo.

Menariknya, Cahyo memilih untuk tidak langsung menjual hasil panennya ke pasar. Sebaliknya, ia berinisiatif mengolah hasil budidaya tersebut menjadi menu andalan di warung lesehan miliknya. Meskipun sudah ada pihak yang menghubungi untuk membeli udang galah dengan harga Rp120.000 per kilogram dan memasarkan ke luar daerah, ia memilih untuk fokus terlebih dahulu pada kebutuhan kuliner lokal.

“Udang galah masih sangat langka di pasar. Kami pun kadang kesulitan mendapatkannya. Karena itu, kami jadikan udang galah sebagai nilai tambah untuk kuliner khas di tempat kami,” ujarnya.

Dengan potensi yang sangat besar dan dukungan penuh dari pemerintah daerah, budidaya udang galah di Tanah Bumbu kini bukan hanya menjadi alternatif ekonomi baru, tetapi juga langkah strategis dalam memperkuat ketahanan pangan daerah secara berkelanjutan. Pemerintah dan masyarakat kini bahu-membahu menggali potensi lokal dan mengubahnya menjadi kekuatan ekonomi yang nyata.