5 Faktor Utama di Balik Kenaikan Harga Emas Tahun Ini

Beberapa bulan terakhir, harga emas dunia terus mencetak rekor demi rekor. Mengutip data Bloomberg, harga emas di pasar spot sudah tembus level US$3.373 per ons troi, jauh lebih tinggi dibanding awal tahun yang masih di kisaran US$2.640. Bahkan di Bursa Comex, logam mulia ini diperdagangkan di angka US$3.392, naik signifikan dari awal tahun yang hanya US$2.654.

Apa sebenarnya yang membuat harga emas melambung tinggi? Berikut lima faktor utama yang jadi pemicunya:

1. Ketegangan Perdagangan Global

Langkah Presiden AS, Donald Trump, yang kembali memanaskan perang dagang—terutama dengan China—telah memicu ketidakpastian besar di pasar global. Investor yang cemas dengan arah perekonomian dunia mulai melirik aset-aset aman seperti emas.

Tak heran, emas pun jadi incaran utama di tengah gejolak tersebut. Seperti biasa, ketika ketegangan meningkat, emas jadi pelarian favorit.

2. Bayang-Bayang Resesi Dunia

Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global juga turut memberi dorongan besar. Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jerman menunjukkan tanda-tanda lesu, dan investor mulai bertindak lebih defensif.

Bahkan CEO BlackRock, Larry Fink, sempat menyatakan bahwa AS mungkin sudah berada di ambang resesi. Sementara itu, analis dari Goldman Sachs dan JP Morgan juga menaikkan proyeksi kemungkinan terjadinya resesi tahun ini hingga 60%.

Dalam kondisi seperti ini, emas kembali tampil sebagai “tempat berlindung” yang dipercaya dapat menjaga nilai kekayaan.

3. Melemahnya Dolar AS

Nilai dolar AS terus mengalami tekanan. Indeks dolar sempat jatuh ke level 100,14—terendah sejak Juli 2023. Bagi investor internasional, pelemahan dolar membuat harga emas relatif lebih murah, sehingga permintaan pun melonjak.

Naiknya permintaan dari berbagai belahan dunia ikut menyokong kenaikan harga emas.

4. Sikap Dovish The Fed

Dengan ancaman resesi dan perlambatan ekonomi, The Fed kini diperkirakan akan memangkas suku bunga lebih cepat dan lebih besar dari rencana awal—hingga 50 basis poin sebelum akhir tahun.

Suku bunga yang lebih rendah akan menekan imbal hasil obligasi dan melemahkan dolar AS, dua hal yang sangat mendukung kenaikan harga emas.

5. Bank Sentral Borong Emas

Tak hanya investor ritel, bank sentral di berbagai negara juga ikut menumpuk emas. Sepanjang tahun 2024, mereka mencatatkan pembelian hingga 1.045 ton, mendekati rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Bahkan pada awal 2025, pembelian masih berlanjut—18 ton pada Januari dan 29 ton pada Februari. Langkah ini mencerminkan upaya diversifikasi cadangan devisa dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

Naiknya harga emas bukan sekadar tren biasa. Ini adalah cerminan dari kondisi dunia yang penuh ketidakpastian—mulai dari perang dagang, risiko resesi, pelemahan dolar, perubahan arah kebijakan moneter, hingga strategi cadangan oleh bank sentral. Di tengah gejolak global, emas kembali menunjukkan peran klasiknya: pelindung kekayaan saat krisis.